Hari aku dimulai dengan mengguncang adik laki-laki aku yang berusia 7 tahun, Alif, dan adik perempuan aku yang berusia 10 tahun, Rindu, untuk bangun sholat Subuh.

Lalu aku memberi mereka sarapan pagi, yang sudah aku siapkan malam sebelumnya karena aku telah belajar untuk menggunakan setiap waktuku.

Sementara mereka makan, aku segera mandi dan bersiap diri. Seiring jam berjalan, aku meminta mereka bersiap-siap, dan saat mereka mengganti baju, aku mencoba untuk makan sarapanku.

Lalu kita berlari seperti orang gila untuk naik angkot, sehingga kita bertiga bisa sampai ke sekolah tepat waktu.

Hei, nama aku Tri! Hidupku belum sesuai dengan apa yang ku harapkan. Seperti ini ceritanya.

Kita kehilangan ibu dan ayah tahun lalu dalam kecelakaan, bibi dan paman aku tinggal di sebuah kota kecil di Kalimantan. Bantuan tak kunjung datang. Aku menyadari dengan cepat bahwa apapun yang telah aku rencanakan sebelumnya, sekarang aku memiliki pekerjaan yang lebih besar.

Aku telah belajar berbicara dengan orang dewasa untuk menjaga agar adik-adikku tetap aman dan sehat - setiap orang dari kepala desa sampai ke tetangga-tetangga aku juga imam aku. Aku telah belajar untuk gak malu dan membuat suara aku terdengar; Aku harus, karena orang-orang mengandalkanku.

Tapi aku tangguh, dan adik-adikku mengandalkanku. Aku gak akan mengecewakan mereka.

Kisah nyata: terkadang ini menyebalkan. Aku berharap gak seperti ini.

Tapi aku telah belajar bahwa hidup itu gak mudah, tapi yang membuatnya indah adalah keberadaanmu untuk orang-orang yang membutuhkanmu.

Nama aku Tri, umur aku 16, aku membesarkan adik-adikku, dan aku gak akan pernah berhenti melakukan apa yang harus aku lakukan.