Bella sangat takut. Dia juga malu. Dia butuh waktu sendiri. Tapi dia butuh teman untuk cerita. Dia butuh nangis, tapi dia capek nangis terus.

Saat itu adalah saat-saat paling tegang dalam hidupku.

Kok bisa-bisanya sih aku ga liat ini akan terjadi? Kok aku ga memperingati dia? Dia kan teman baikku! Jadi ibu itu ga akan mudah, apalagi saat kamu masih berumur 17 tahun! Aku bilang ke Bella bahwa apapun keputusan dia dan keluarga, aku akan berada di sisinya dan mendukung.

Aku cuma mau dia sehat dan bahagia. Aku akan terus nemenin dia sampe semua ini selesai dan dia melahirkan bayi yang sempurna. Aku cuma mau Bella tau bahwa aku ada untuknya.

Aku ngeyakinin Bella kalo ini semua memang terlihat kacau sekarang, tapi bukan berarti hidupnya berhenti disini. Dia masih punya temen-temen yang sayang dengannya. Dia masih punya keluarga. Mungkin dia ga nyangka ini bakalan terjadi di hidupnya, tapi yang pasti ini bukan akhir dari segalanya. Karena aku kenal Bella yang kuat.

Kita ngobrol sampe sore dan udah saatnya aku pulang. Aku tau aku gabisa ngebenerin keadaan Bella, tapi aku bisa jadi sahabat yang dia butuhkan.

Setelah itu, hari-hariku di sekolah berlanjut seperti biasa, tanpa Bella. Ga ada yang tau alasannya dan aku nyimpen rahasia ini. Penasaran gimana kelanjutan cerita Bella dan anak yang dikandungnya? Baca bagian 3!