Sekarang Giliranku!

Aku punya suaraku dan aku ingin didengar

Orang tuaku sayang sekali padaku. Hampir setiap keputusan hidupku mereka yang menentukan. Aku menerimanya, karena aku tau, mereka ingin yang terbaik untuk aku.

Setiap hari kami berbincang dan bercerita, dan obrolan itu bisa jadi sangat seru!

Tapi malam itu berbeda. Suasana berubah tegang karena aku bilang sesuatu.

Ya. Aku bilang pada mereka kalau aku ingin sekali bergabung di ekskul basket sekolah.

Orang tuaku kaget, dan aku paham akan kekhawatiran mereka, yang cemas anak perempuannya pulang petang. Dan latihan basket itu sendiri pasti sangat melelahkan.

Lari. Lompat. Push-up. Sit-up. Lari lagi. Semua butuh stamina.

Orang tuaku pasti khawatir karena aku pernah pingsan saat upacara bendera. Tapi itu cuma sekali. Dan aku rasa aku sanggup bermain basket. Guru olahragaku juga bilang begitu. Nilaiku di tes praktek bagus, dan beliau yang menyarankan aku bergabung dengan ekskul basket.

Maka aku beranikan diri. Aku bilang, kalau aku ingin sekali main basket. Aku suka sensasi berkeringat dan bersinar di lapangan. Aku senang berlarian dan bekerjasama dengan teman. Aku juga sangat menantikan perlombaan!

Orangtuaku masih tidak percaya. Mereka terlihat tidak senang dengan keputusanku.

Tapi aku gak menyerah. Aku meyakinkan, kalau selama ini aku selalu menuruti mereka, dan aku akan selalu begitu. Cuma untuk hal basket ini saja yang aku ingin mereka mengerti dan memahami. Aku berjanji tidak akan menyampingkan pelajaran dan akan selalu menjaga kesehatan.

Aku buat mereka memahami bahwa dengan eskul basket aku bisa dapat banyak teman baru, bisa belajar teratur dan mengatur waktu, aku bisa meningkatkan kemampuanku bekerja dalam kelompok, dan bukankah berolahraga itu juga baik untuk kesehatan?

Karena kegigihanku menunjukkan betapa bergabung di tim basket itu punya banyak manfaat, akhirnya orang tuaku mengizinkanku.

Aku senang sekali saat mereka membolehkan!

Ternyata menyuarakan apa yang aku inginkan itu penting dan aku menyukainya. Mulai sekarang aku gak akan diam kalau aku gak nyaman.

Kamu juga bisa menjadi seperti aku. Jika ada yang kamu inginkan, gak ada salahnya untuk kamu suarakan. Bicarakan pelan-pelan, dan buat orang tua kamu mengerti.

Sekarang giliranku untuk berpendapat! Begitu juga dengan kamu!