Oleh @Alishachoi
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laillahaillallah Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillah Ilham….”, begitulah gema takbir dari masjid di desaku. Hari pertama keluargaku pergi ke kampung halaman ayah yang jaraknya mungkin dapat ditempuh sekitar 2 jam. Aku memutuskan untuk tidak ikut karena sudah ada janji dengan teman-teman. Usai shalat Id, keluargaku berangkat ke kampung halaman ayahku. Aku tunggu teman menjemputku sambil melihat serial drama Korea bertema medis. Rasanya aku mau jadi ahli bedah, tapi aku rasa itu bukan bakatku😁.
Suara motor terdengar di depan rumahku. Ya, temanku baru saja menjemputku untuk bersama-sama silahturahmi ke rumah guru-guru dan teman-teman, juga tetangga.
Dengan menggunakan pakaian muslim berwarna oranye yang ibuku belikan dari Jawa setahun yang lalu, kulangkahkan kakiku menuju luar pintu, aku tutup dan aku kunci rumahku.
Usai berkeliling silahturahmi kerumah-rumah, aku hitung uang THR yang baru saja kami terima tadi ketika silahturahmi. Alhamdulillah, ada Rp100.000,00. Aku berencana menyimpannya untuk membeli hal yang aku butuhkan. Usai memohon maaf lahir batin kepada keluarga temanku, aku pun pamit dan temanku mengantarkan aku pulang. Di perjalanan, aku melihat nenek yang biasanya berjualan pisang keliling. Aku lihat sandalnya kusam sekali dan sudah tak layak dipakai. Akupun berubah pikiran dan membeli sandal untuk nenek tersebut. Toh, paling hanya Rp20.000,00 dan tidak akan rugi, malah dapat pahala.
Keesokan harinya, aku pergi ke warung untuk membeli sandal. Aku tunggu nenek itu di tempat biasanya ia istirahat. Beberapa saat kemudian nenek tersebut datang. Aku lihat pisang dagangannya masih banyak. Tanpa berpikir panjang aku langsung membeli beberapa pisang sambil memberinya sandal yang tadi aku beli. Nenek itu senang sekali. Aku pulang dengan hati riang karena melihat nenek tersebut bisa tersenyum kembali dan aku dapat pisang kesukaanku.