Part 4: She Is A Real Wondermom

Oleh @ghinaluthfy

Your thoughts (5)

Ketika berjualan di alun-alun ini, Mama melihat ada seorang wanita yang berjualan rajutan tangan seperti kopiah, diam-diam Mama mengajak ngobrol wanita itu sambil melihat dia bekerja merajut kopiahnya. Secara gak sadar Mama mengerti pola rajutan dan bagaimana caranya, tapi hanya mengingatnya saja.

Sampai dirumah Mama berpikir untuk mencoba merajut, dan dia bisa melakukannya bermodalkan hal yang ia lihat saja sebelumnya. Ini sempat menjadi usaha Mama tapi tidak berlangsung lama. Setiap bulan puasa Mama selalu berjualan kolak entah itu di rumah ataupun di Alun.

Hingga pada tahun 2006 saat aku SMP, kakek meminta Mama untuk mengosongkan rumah yang kami tinggali, karena rumah itu memang rumah warisan nenek buyutku untuk kakek, kakek berencana untuk mengontrakkan rumah itu. Dengan berat kami berenam (adik paling kecil belum lahir) keluar dari rumah itu tanpa tujuan yang jelas, sedih memang bahkan sangat sedih.

Akhirnya papa berencana untuk membawa kami ke tempatnya bekerja (papa bekerja sebagai satpam, bertugas menjaga tanah kosong milik PDAM), karena ada bangunan kosong di sana yang jarang dipakai. Kami menempati 1 kamar di sana. Bangunannya seperti bangunan Belanda, lumayan luas dan langit-langitnya yang tinggi.

Di sana kami benar-benar serba kekurangan, sampai untuk memasak saja kami tidak menggunakan kompor minyak atau kompor, tapi kami mengandalkan kayu bakar. Kakakku dan Mama mencari kayu atau ranting-ranting yang berjatuhan di pinggiran jalan raya, atau jika ada penebangan pohon di jalan yang di lakukan pemerintah, kami akan meminta kayunya untuk kami jadikan kayu bakar untuk memasak. Untung kita tinggal di tanah kosong yang luas dengan hanya 1 bangunan ini, jadi kita tidak akan membuat polusi ke tempat lain.

Hingga Mama sedang hamil adik terkecil, kami benar-benar kesusahan, saat itu tidak banyak yang bisa Mama lakukan karena sedang mengandung, untuk bekal sekolah saja ia tidak punya. Maka dari itu tidak jarang kakakku berangkat sekolah dengan berjalan kaki bermodalkan bangun pagi berangkat jam 5 ke sekolahnnya. Ia sekolah di sekolah kejuruan penerbangan.

Kakakku jarang bergaul lagi dengan orang-orang di tempat tinggal yang lama, mungkin ada kekesalan dihatinya, pernah ada yang berkata tentang kakakku kepada Mama, ‘mana bisa anak kayak gini jadi pekerja penerbangan, anak lembek kayak gitu aja kok'. Sakit betul hati Mama mendengar kata-kata itu saat semua terasa berat dan kata-kata itu terasa seperti petir..

Waktu itu untuk bekalku sekolah kadang aku diberi setengah dari bekal biasanya. Hingga aku SMK Mama sering sekali meminjam uang untuk bekalku kepada saudaranya sangat malu memang..

….berlanjut ke artikel selanjutnya, baca terus cerita lengkapnya!

Your thoughts

Waw pantaz disebut ibu pahlawan :) kagum

March 20, 2022, 8:19 p.m.

Ea harus kita sadari bgitu besar pengorbanan kedua org kita,demi kita mereka berkorban sgalanya lahir bathin,materi,bahkan waktu.kedua org tua kita adalah harta yg paling berharga didunia wlau tk diukur dgn nilai materi

March 20, 2022, 8:19 p.m.

Kok gak diterusin lagi Sihhh artikelnya ....

March 20, 2022, 8:19 p.m.

Kapan ceritanya dilanjutin?

March 20, 2022, 8:19 p.m.

Latest Reply

Hai @princess dan Aubertha Queenby Achilles, kamu bisa baca lanjutan kisahnya di sini: http://cewekeren.com/sections/girl-stories/part-5-she-real-wondermom/