Nggak ada yang lebih sulit dari saat harus milih untuk ngikutin keputusan orangtua atau pilihan kita sendiri. Mungkin kita tinggal di bawah satu atap, hidup dan tumbuh bersama, bahkan kadang masih tidur bareng orang tua, tapi tetep, kita bukan mereka. Kita berhak punya suara dan pemikiran kita sendiri.

Aku nggak pernah bilang ke orang tuaku tentang impianku untuk menjadi seorang penulis. Aku harus diam-diam kalo mau baca novel sebelum tidur. Sekarang, mereka memintaku untuk bekerja di perusahaan multinasional yang gajinya selangit. Ini letak kesalahanku. Aku nggak pernah cerita ke mereka tentang impian dan passion-ku. Dan aku nggak ingin kalian melakukan kesalahan yang sama. Coba aja dulu aku bilang, mungkin orang tuaku akan lebih suportif. Beliin aku buku bacaan atau bahkan nganterin aku ke workshop-workshop nulis. Seandainya aja dulu aku jujur… Jutaan “kemungkinan” akan mengisi lamunan kita saat kita nggak melakukan apa yang seharusnya kita lakukan.

Aku yang bikin jarak ke orang tuaku. Aku menyesal. Aku baru sadar bahwa komunikasi adalah kunci segala masalah. Ngikutin kemauan diri nggak salah sih, asal nggak nyakitin kedua orang tua kalian. Jadi, kumpulkan tekad untuk bicara ke mereka. Beda pendapat nggak masalah, asal argumen kalian kuat. Kasih tunjuk kalo kalian itu serius. Mereka bukan orang lain. Mereka adalah orang tua kita. Mereka pasti ngerti.

Cuma kalian harus ingat. Apakah pilihanmu sebanding dengan pengorbanan yang telah mereka berikan? Apakah kita perlu nurut aja? Bicarakan baik-baik. Cari jalan tengahnya. Jangan mudah berasumsi kalo kalian belom denger sendiri alasan mereka. Terkadang asumsi kita inilah yang membuat kita dihantui perasaan penyesalan.