Oleh @Miuna1002
Aku mulai mengalami masa pubertas saat duduk di kelas enam SD. Saat itu payudaraku mulai tumbuh. Karena terus merasa terganggu, akhirnya aku beranikan diri berbicara pada ibu untuk membelikan miniset untukku. Selain payudara, rambut kemaluan dan ketiak pun mulai tumbuh.
Aku pun semakin bingung dan tidak nyaman pada tubuhku. Masa pubertas selanjutnya ditandai dengan menstruasi. Aku sudah tahu masa itu akan datang. Saat itu aku duduk di pagi hari saat bangun tidur, aku menemukan darah membekas di sprei tidurku. Aku langsung memberitahu ibu akan kejadian itu dan langsung diberinya pembalut.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pun aku dapatkan saat SMP, di pelajaran biologi. Sayangnya, penjelasan yang diberikan sangat sedikit dan terkesan ditutupi.
Mungkin guruku canggung untuk menjelaskan lebih mendalam tentang reproduksi dan seksualitas. Kami juga merasa tabu untuk membahas hal tersebut. Karena masalah itu pula, pengetahuan tentang hal itu kurang kami pahami hingga dewasa. Informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas perlahan aku pelajari sendiri. Hal itu muncul dari keingintahuanku pada tubuh.
Saat SMA aku bersekolah di kota sehingga mudah untuk pergi ke toko buku. Di sana aku ngumpet-ngumpet untuk membaca buku tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas.
Selain dari buku, informasi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pun aku dapatkan dari teman-teman. Kami berbagi pengalaman tentang masa awal menstruasi, merawat organ reproduksi, dan memahami tubuh.
Obrolan-obrolan tersebut sangat cair dan kehadiran ibu juga sangat membantuku untuk memahami masa awal pubertas. Aku belajar dari pengalaman ibu serta pengalamanku sendiri.