Pahlawan Tanpa Tanda Jasa #2

Oleh @putrios1a

Kalau ditanya siapa orang yang paling menginspirasiku, aku pasti akan menjawab Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan kedua orangtuaku. Tapi kalian pasti sudah sangat mengetahui alasannya, jadi aku akan menceritakan sosok lain yang beliau ini sering membuatku meneteskan airmata. Baik air mata kemarahan dan kesedihan atau kebahagiaan. Seseorang yang lebih dari sekedar guru di sekolah.

Teruntuk : Pengasuhku di Asrama

Selama 6 tahun menempuh pendidikan menengah, saya sekolah di lingkungan boarding school alias asrama ini. Tahu sendiri kan bagaimana gambaran anak baru gede yang tinggal di asrama dengan seperangkat peraturan yang mengikat? Pasti bosan, jenuh dan rasa butuh kebebasan bereksplorasi itu pasti mendominasi. Kadangkala hal-hal itu membuat saya bertindak di luar peraturan yang berlaku disana.

Akhirnya pengasuh pun harus turun tangan, bertutur kata pedas yang jelas membuat kita berurai airmata. Padahal ucapan yang dilontarkan sebenarnya baik, memotivasi, membuat saya agar sadar dengan kesalahan. Tapi namanya juga remaja labil, selalu gelap mata atas semua yang dibenci.

Apalagi jika sudah ada vonis hukuman bagi terdakwa, sudah dipastikan amarah itu memuncak. Kadang dengan bersungut-sungut akhirnya sumpah-serapah itu terucap, prasangka buruk terus mendengung, kata maaf pun sirna dari bibir. Kalau sudah begini seluruh pengasuh pun rasanya jadi musuh bebuyutan. Nasihatnya jadi angin lalu.

Tapi sekarang setelah penyakit hati ini sudah bercokol subur menahun, akhirnya saya sadar. Meski agak terlambat, pada detik-detik akhir keberadaanku di asrama, akhirnya saya sadar. Walau sudah tahu sejak dulu bahwa penyesalan memang selalu di akhir, saya ingin meminta maaf karena tetap melakukan perbuatan yang buruk tak berfaedah tanpa berpikir panjang.

Khilaf. Saya khilaf. Terimakasih. Saya berterimakasih karena menjadi penolong saya, menjadi pahlawan yang menyelamatkan saya, menjaga saya dari hal buruk yang akibatnya dibayangkan pun tak akan sanggup ditanggung.

Kini, sebentar lagi saya akan pergi dari sini, lulus dari sekolah ini, lepas dari binaan dan tanggunganmu, jarang mendengar wejanganmu lagi dan akan merindukan masa-masa bersama selama ini. Tiada lagi orang yang akan sabar bertutur menasihati setiap hari saat enggan mematuhi aturan. Tiada lagi orang yang akan sabar bertutur menasihati setiap hari saat sedang futur.

Pengasuhku, akan selalu saya kenang semuanya. Kata mutiara itu, nasihat itu, kesabaran dan keteguhan hati itu. Akan selalu saya ingat, hingga kita bertemu lagi di hadapan Ilahi. Semoga kita bertemu di SurgaNya.